Selasa, 22 Maret 2022

Roma 11:33-12:8- Alangkah Dalamnya kekayaan, hikmat, pengetahuan Allah- Jumat Agung

 

Bahan Sermon

Jumat               : 03 April 2015 (Jumat Agung)

Evangelium     : Roma 11:33-12:8

Tema               : Alangkah Dalamnya kekayaan, hikmat, pengetahuan Allah.

I.                   Pendahuluan

Bahan khotbah Jumat Agung ini diambil dari 2 bagian pasal yaitu pasal 11 dan 12, ada kesan seolah-olah apa yang telah dibicarakan dalam pasal 11 tidak berhubungan dengan apa yang dibicarakan dalam pasal 12. Pasal 11 menjelaskan kekayaan hikmat Allah, pasal 12 membicarakan tubuh sebagai persembahan yang hidup namun tetap harus dibuat dalam satu pemahaman thema alangkah dalamnya kekayaan hikmat, pengetahuan Allah. Ayat 36 pada pasal 11dapat dipakai sebagai jembatan, karena ayat tersebut berbicara tentang kedaulatan Allah, yaitu segala sesuatu adalah dari Dia, oleh Dia dan kepada Dia.

II.                Keterangan Nats

Rasul Paulus menguraikan bahwa hanya ada satu jalan untuk dibenarkan, yaitu oleh iman. Paulus mencoba menjelaskan kepada Israel yang mengejar kebenaran melalui perbuatan, yaitu Israel yang pada umumnya menolak kebenaran melalui iman. Ajaran Rasul Paulus dikuatkan, karena ajaran tersebut didasari pada kemurahan Allah. Kita dipilih dan dibenarkan, bukan  oleh karena sesuatu yang baik dalam hati kita. Demikian juga Israel dipilih, dan dibenarkan, bukan oleh karena sesuatu yang baik dalam mereka, tetapi oleh karena kemurahan Tuhan Allah. Dengan demikian nats kita mencoba memberikan jawaban, bahwa memang segala keputusan adalah di tangan Dia yang memiliki kekayaan hikmat dan pengetahuan. Jika keturunan Yahudi mencoba mengklaim bahwa mereka adalah yang benar karena menjaga etika atau tingkah laku dalam hukum taurat Tuhan, maka Paulus menjawabnya dengan menyatakan bahwa bukan itu yang menentukan akan tetapi tetap keputusan ada di tangan Allah. Allah yang sempurna  adalah Allah yang memiliki keputusan dan jalan yang sangat berbeda dari manusia (bnd. Yes. 55:8). Demikian juga pada ayat selanjutnya, sungguh tidak ada seorangpun yang sanggup mengetahui pikiran Allah. Sesuai dengan pemakaian istilah "rahasia" dalam pasal 11:25, nats ini mengingatkan kita bahwa program Allah tidak dapat dimengerti oleh manusia tanpa ilham dari Dia. Efesus 3:20 berkata bahwa Dia "dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan”. Kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah tidak ada habis-habisnya. Keputusan-keputusan atau ketetapan-ketetapanNya melampaui kemampuan manusia untuk memahaminya. Jalan-jalan-Nya keseluruhan, tindakan-Nya tidak dapat ditelusuri. Hikmat bersumber dari Allah. Orang yang memiliki hikmat dapat diukur dari seberapa dalam, setia, taat, jujur, kita menaklukkan diri kita yang berdosa ini ke bawah kedaulatan Allah. Orang yang berhikmat ditandai oleh ciri bahwa orang itu bisa membedakan dengan tegas manakah kehendak Allah dengan kehendak manusia: yang baik dengan yang tidak, yang berkenan kepada Allah dengan yang tidak berkenan, yang sempurna dengan fana/tidak sempurna (Rm. 12:2). Segala sesuatu yang kita miliki, baik itu talenta, uang, bahkan hidup kita, semuanya berasal dari Tuhan. Tuhan sendiri yang memampukan kita memakai semua itu bagi kemuliaan-Nya. Seluruh nats yang kita baca adalah sebuah pujian yang menutup penjelasan Paulus tentang karya keselamatan yang begitu agung (pasal 1-11). Masalah dosa telah diselesaikan oleh cara Allah yang tak terpikirkan dan tak terselami oleh manusia yaitu dengan memberikan anakNya sebagai kurban untuk keselamatan manusia. (ayat 33; Yoh. 3:16).

III.             Refleksi/Aplikasi

 Satu renungan yang dapat kita nyatakan adalah bahwa manusia tak dapat menyelamatkan dirinya sendiri. Jika manusia hidup dan memiliki ini/ itu, semua adalah kasih karunia semata. Menyadari bahwa segala sesuatu yang kita miliki adalah kasih karunia Tuhan, bagaimanakah seharusnya kita mempergunakan apa yang telah Dia berikan itu? Talenta, waktu, kesehatan, uang, tempat tinggal, segala sesuatu yang kita miliki adalah kepunyaanNya. Isi nasehat Paulus dalam pasal 12 yaitu  supaya kita mempersembahkan tubuh sebagai ibadah. Dalam bahasa Ibrani ibadah adalah ‘abodah’ yang memiliki arti "mengabdi" Oleh karena itu, seluruh pikiran, perkataan, dan perbuatan, dan seluruh kemampuan dan kegiatan kita, harus diabdikan,  dipersembahkan kepada Tuhan. Pengertian tersebut membawa kita kepada sebuah kesimpulan bahwa pengabdian kepada Allah adalah totalitas hidup.

Paulus kemudian memberikan petunjuk, yaitu paling tidak melakukan 3 prinsip yang perlu diperhatikan dalam kehidupan jemaat yaitu: Kita adalah anggota seorang terhadap yang lain. Setiap jemaat memiliki karunia yang berbeda-beda, semuanya memiliki keunikan dan peran tersendiri dalam tubuh Kristus. Sehingga setiap anggota adalah sama di hadapan Tuhan. Maka tidak ada alasan untuk memegahkan diri ataupun menyombongkannya menganggap diri lebih dari yang lain. Karunia itu adalah untuk dilakukan sesuai dengan iman. Tuhan karuniakan berbagai bakat dan kemampuan yang berbeda-beda dalam jemaat, dan karunia itu diberikan bukan untuk disimpan ataupun dinikmati sendiri, namun Tuhan memberikannya supaya dapat dipergunakan untuk saling menolong dan membantu. Maka kita mempersembahkan hidup kita menjadi persembahan yang hidup, kudus dan yang berkenan kepada Tuhan. Kita melakukan yang terbaik kepada Tuhan sesuai dengan karunia yang diberikan bagi kita. Melakukan karunia itu dengan hati yang iklas, rajin dan penuh sukacita. Jangan lakukan dengan terpaksa ataupun karena alasan-alasan tertentu kita melakukan sesuatu. Maka dengan demikian, apapun juga yang kita perbuat, perbuatlah dengan segenap hati seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia (Kol. 3: 23), itulah pengabdian (ibadah) yang sejati dan persembahan yang hidup. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar