I.
PENDAHULUAN
Ajaran
Yesus ini dilatarbelakangi oleh penolakan banyak orang atas karya dan
ajaranNya. Bahkan lebih dulu telah menolak ajaran Yohanes Pembabtis yang
mendahului Yesus. Perkataan Tuhan Yesus ini menggambarkan bagaimana keadaan
orang-orang Israel saat itu. Bangsa Israel adalah bangsa yang dipilih Allah
untuk menyatakan DiriNya dan karya-karyaNya dalam menyelamatkan dunia ini dari
kehancuran karena kuasa dosa. Allah telah berkarya sejak jaman para bapa
leluhur, para nabi, para raja dengan berfirman melalui mereka dan menyatakan
kehendakNya serta menubuatkan atau menjanjikan akan keselamatan yang akan
datang bagi mereka. Namun bangsa Israel telah mengeraskan hati, mereka tidak
memperhatikan firman Allah, mereka tidak memperhatikan hukum-hukum Allah,
mereka juga tidak memperhatikan tanda-tanda yang diberikan Allah.
II.
KETERANGAN NATS
Ayat 16-19
Yesus
mengumpamakan mereka anak-anak yang duduk
di pasar dan berseru kepada teman-temannya: kami meniup seruling bagimu, tetapi
kamu tidak menari, kami menyanyikan kidung duka tetapi kamu tidak berkabung.
Yang menyanyikan kidung duka melambangkan pelayanan Yohanes Pembaptis. Jikalau seseorang bertobat
oleh pelayanan Yohanes, maka ia seumpama ikut berduka/berkabung dengan
anak-anak yang menyanyikan kidung duka oleh karena ia berduka atas segala
dosa-dosanya. Anak-anak yang meniup
seruling melambangkan pelayanan Yesus. Jikalau
seseorang bertobat oleh pelayanan Yesus, maka ia seumpama ikut menari karena
seruling yang ditiup anak-anak oleh karena ia bersukacita memperoleh
pengampunan atas dosanya. Namun yang terjadi adalah bangsa Israel sudah tidak
memiliki kepedulian, hati nuraninya telah menebal sehingga tidak responsif lagi
terhadap lingkungan, terhadap firman Tuhan dan hukum-hukum Tuhan. Yang mereka
pentingkan adalah kepentingan pribadi, kebutuhan diri sendiri, dan mereka
merasa telah hidup benar. Sehingga ketika datang Yohanes Pembaptis memberitakan
pertobatan karena kerajaan Allah sudah dekat, dan ia tidak makan dan tidak
minum (Mar.1:6), mereka mengatakan sedang kerasukan setan, dan ketika datang
Tuhan Yesus yang makan dan minum mereka mengatakan Ia pelahap dan peminum serta
sahabat pemungut cukai. Dengan kata lain bagai perkataan ‘sala jongjong sala hundul’ manang ‘serba salah’. Apapun yang
dilakukan oleh Yohannes dan Yesus selalu salah bagi angkatan yang bebal.
Ayat
25-30
Bagian ini merupakan ajakan/undangan Yesus
untuk datang kepadaNya dan ditujukan
kepada semua orang. Yesus menawarkan sebuah
gaya hidup yang melegakan bagi orang yang
"letih lesu dan berbeban berat" oleh
karena persoalan hidup duniawi serta beban dosa mereka sendiri. Dengan
datang kepada Yesus, menjadi hamba-Nya serta menaati petunjuk-Nya, maka Ia akan
membebaskan kita dari semua beban yang tidak dapat diatasi. Namun sekilas
ajakan Yesus ini memanggil orang yang letih lesu dan berbeban berat,
lalu memasangkan kuk (beban/pikulan)
pada mereka tampaknya hanya menambah penderitaan kepada orang
yang sudah menderita. Tetapi Ini adalah kuk yang dipasang dengan
kasih. Dalam memikul beban ini akan ada Pertolongan-Nya, kasih-Nya yang
menguatkan, dan penghiburan-Nya, semuanya ini dapat kita alami ketika kita
melakukan kewajiban kita, sehingga kita benar-benar dapat berkata bahwa kuk ini
adalah kuk yang sungguh menyenangkan.
III.
REFLEKSI
-
Dalam
kehidupan kita bisa saja orang lain akan menganggap apapun yang kita lakukan
adalah serba salah. Kebaikan-kebaikan bisa diabaikan namun apakah kita akan
terbeban dan berhenti melakukannya? Tentu tidak. Sama hal dengan Yohanes dan
Yesus dalam nats kita ini mereka
ditolak, diabaikan, tidak didengar namun mereka setia melakukan peran dan tugas
mereka. Yesus memberikan jaminan yang melegakan: bahwa kuk dan beban kita itu
ringan. Beban itu ringan karena kita tidak memikulnya seorang diri; Roh Kudus
akan menyertai, menolong, dan memberi kita kekuatan untuk melakukan tugas dan
tanggung jawab kita sebagai orang percaya. Berharaplah pada
Yesus dalam kehidupan kita. Dia yang senantiasa memberi kelegaan dalam
kepenatan kita menjalani kehidupan yang penuh lika-liku, suka duka ini. Dan tak
ada satu orangpun di dunia yang mampu memberi kelegaan yang sempurna untuk
kita.
Kita memiliki banyak kebutuhan dalam hidup ini.
Kita bersyukur pada Tuhan yang senantiasa melimpahkan berkatNya. Namun, mengapa
manusia tetap galau dalam hidupnya?. Kegalauan bukan hanya dialami mereka yang
memiliki sedikit materi tetapi juga mereka yang memiliki banyak harta. Dalam
kehausan dan kelaparan akan nilai-nilai dunia yang tak terbatas ini, Tuhan
Yesus mengundang kita datang kepadaNya: ‘Marilah
kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan
kepadamu.’ Yesus menawarkan kepuasan bagi kita, bukan saja materi yang tak
berkesudahan itu melainkan juga keselamatan yang memberi ketenangan hidup. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar