Keterangan nats Markus
8:31-38
Ada banyak orang gagal paham tentang mengikut Yesus. Ada
orang yang menganggap jika mengikut Yesus tidak ada lagi penderitaan, tidak ada
lagi sakit penyakit, tidak ada lagi kelaparan, pokoknya semuanya aman
terkendali. Mengikut Yesus karena untuk makanan, dan tanda-tanda muzijat, tentu
pemahaman ini bukan hanya bagi mereka yang baru mengikut Yesus, bahkan ada yang
sudah lama mengikut Yesus masih beranggapan demikian. Salah satunya adalah
penganut aliran teologi sukses. Mereka beranggapan indikator mengikut Yesus
dengan sungguh-sungguh atau dengan kata lain tanda orang beriman adalah sukses
dalam artian apa yang diingini akan terwujud.
Pemahaman yang dangkal ini jugalah yang mengakibatkan pada zaman
sekarang ini orang-orang lebih senang mendengarkan khotbah-khotbah yang
berisikan janji-janji akan kehidupan yang akan selalu lebih baik, yang akan
jauh dari penderitaan, atau yang hanya berisikan perkataan-perkataan yang mampu
menyejukkan hati.
Lalu
bagaimanakah yang sebenarnya menjadi pengikut Yesus?
Pada ayat 31
dikatakan bahwa Yesus sedang mengajarkan dan memberitahukan kepada para murid
bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh
tua-tua, imam-imam kepala dan ahli taurat lalu dibunuh dan bangkit sesudah hari
yang ketiga. Hal ini bukan terjadi begitu saja (bukan pengajaran Yesus semata/
sesuka hatinya), melainkan hal ini telah dinubuatkan sejak lama, bahkan
sebelumnya di dalam Perjanjian Lama juga telah dicantumkan bahwa ia dihina dan
dihindari, bahkan dianiaya, dia tertikam, tetapi sesungguhnya penyakit kitalah
yang ditanggungnya (bandingkan Yes. 53:1-12). Artinya bahwa Allah mengetahui
seluruh kehidupan manusia, dan Ia mengutus Yesus Kristus kepada dunia yang
telah rusak dan tercerai berai, dengan tujuan dipulihkan kembali.
Pada ayat 32-33, dikatakan bahwa ketika Petrus mendengar
hal pengajaran Yesus, maka ia menarik Kristus lalu menegor Dia. Pada perikop
sebelumya, Petrus adalah orang yang pertama berkata bahwa Yesus adalah Mesias
(ayat 30). Seharusnya, ketika Petrus berkata bahwa Yesus adalah Mesias, hal ini
menunjukkan bahwa ia telah begitu mengenal Yesus sangat dekat. Akan tetapi,
pada perikop kita hari ini memperlihatkan bahwa Petrus juga tidak benar-benar
mengenal Yesus, sebab ia tidak tahu apa yang Yesus lakukan. Jika kita berpikir secara manusiawi, maka
dapat dikatakan bahwa petrus sedang memperlihatkan “kasihnya” kepada Yesus,
artinya bahwa ia tidak ingin Yesus menderita dan mati. Tetapi, ia belum
mengenal Yesus yang sebenarnya, sehingga Yesus berkata kepadanya: Enyalah
engkau iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah,
melainkan apa yang dipikirkan manusia. Hal ini juga menunjukkan bahwa Yesus
memang sungguh-sungguh utusan Allah, sebab Ia memikirkan dan menjalankan apa
yang menjadi kehendak Allah sekalipun harus menderita, dan pada saat yang sama
juga Yesus menyadari bahwa Petrus sedang diperalat oleh Iblis untuk menggoda
diri-Nya.
Pada ayat 34, Yesus hendak mengajarkan syarat
utama mengikut Dia, yakni :
v Menyangkal
Diri : melupakan dan meninggalkan kepentingan sendiri (ego),
adanya ketulusan dan penyerahan diri pada Tuhan. Penyangkalan diri berarti
sebuah sikap yang diwujudkan dalam sebuah tekad, keinginan, komitmen, keberanian
dan integritas. Hal ini jelas sekali bahwa
Yesus jalan satu-satunya untuk datang kepada Allah, yakni dengan
mengesampingkan kepentingan pribadi/keegoisan, berani dalam menyatakan
kebenaran, dan mengikut Allah. Yesus tidak pernah mengandalkan kekuatan dan
kedahsyatan-Nya sebagai Allah, melainkan Ia berserah kepada Bapa. Di ayat 35-37
dikatakan Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan
nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Injil, Ia akan
menyelamatkannya. Harta kekayaan tidak akan mampu memberikan keselamatan kepada
dunia, demikian juga dengan manusia. Hanya Allah yang dapat memberikan
keselamatan secara murni dan tulus, tanpa ada embel-embel di belakangnya,
misalnya seperti sekarang ini. Banyak sekali promosi yang datang kepada kita
dengan janji yang manis-manis dan indah. Tetapi ujung-ujungnya duit atau harus
begini-harus begitu. Demikianlah dunia sekarang ini. Hanya Yesus yang murni
memberikan keselamatan kepada manusia. Allah yang sudah rela menyangkal diri,
memikul salib, demi kebaikan manusia.
v Memikul
Salib : Bahagian dari mengikut Yesus adalah
siap menghadapi salib kehidupan (segala situasi yang terjadi karena iman kepada
Kristus). Salib melambangkan beban berat yang harus ditanggung dan dipikul oleh
pengikut Kristus, penderitaan (1 Ptr. 2:21), kematian (Kis. 10:39), kehinaan
(Ibr. 12:2), cemoohan (Mat. 27:39), penolakan (1 Ptr. 2:4). Tentu saja kunci
utamanya adalah SETIA.
v Ikut
Dia : Mengikut yang dimaksud adalah tetap
secara terus-menerus. Keputusan akhir yang tidak bisa ditawar dari seorang
Kristen adalah MENGIKUT YESUS dalam Ketaatan.
Masih banyak orang Kristen yang pemahamannya mengenai Mesias
sama seperti Petrus yang hanya memahami bahwa mesias adalah yang berkuasa yang
mampu melakukan segala-galanya untuk kehidupan kita, memang hal ini adalah
benar. Artinya kita tidak akan siap
menerima jika akan ada persoalan, penderitaan dan kesusahan dalam hidup ini.
Dan tidak akan mampu untuk memahami bahwa didalam penderitaan itu juga Yesus
hadir, tetapi kita akan menuntut mengapa Tuhan mengijinkan penderitaan itu
dalam hidup kita.
Benar bahwa melakukan syarat
mengikut Yesus bukanlah hal yang mudah. Oleh karena itu, kita harus percaya
bahwa Allah adalah Allah yang penuh kasih. Ia tidak akan meninggalkan kita
dalam setiap pergumulan kita. Ia akan menopang kita. Terkadang kita tidak
menyadari, kita merasa sendiri, namun sesungguhnya Allah sedang berjalan bersama
dengan kita. Atau pada saat yang lain, kita hanya melihat sepasang telapak
kaki, dan kita merasa bahwa itu adalah telapak kaki kita sendiri. Tetapi kita
tidak tahu bahwa Allah sebenarnya sedang menggendong kita. Allah tidak pernah
terlambat menyatakan kasih-Nya kepada kita melalui pertoongan-Nya. Namun, juga
tidak terlalu cepat untuk memberikan memberikan keperluan kita. Allah tepat
waktu dalam setiap kehidupan kita.
Tapi kita juga tidak boleh gagal paham tentang mengikut Yesus selalu
mengalami penderitaan. Yang pasti bagi setiap pengikut Yesus yang setia
sebagaimana nampak dalam kehidupan Paulus adalah selalu atau senantiasa
bersukacita dalam situasi bagaimana pun entah itu kecukupan atau kekurangan
(bd. Filipi 4:4). Jika diberkati dengan
kekayaan tidak menjadi sombong dan semena-mena terhadap sesama yang lain;
sebaliknya semakin luarbiasa menjadi berkat bagi banyak orang, demikian juga
jika dalam kesengsaraan tidak membuat bersungut-sungut dan menyalahkan keadaan
dan Tuhan, tetapi sebaliknya semakin bertekun di dalam Tuhan sebab kita percaya
sebagaimana disaksikan Paulus dalam Roma
8:28 “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk
mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang
terpanggil sesuai dengan rencana Allah”. Oleh karena itu Firman Tuhan mau
mengajak kehidupan orang percaya ditengah
Kasih dan karunia Allah dapat hidup Berhikmat
Dalam Yesus. Untuk mampu menerima hikmat, seseorang harus bersedia
mendengarkan. Baik itu mendengarkan nasehat, teguran, pengetahuan maupun hikmat
itu sendiri. Dan akhirnya haruslah
disadari bahwa sumber nasehat, pengetahuan dan hikmat itu adalah Allah atau
takut akan Tuhan (Ams. 1:29).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar